Jumat, 23 Maret 2018

Rendevou - Reset Part 13 (2) oleh blogger santai


Part 13 - Reset



            “Jadi? Mau gimana Din?” tanya Aris sembari tersenyum walau canggung agar bisa memulai pembicaraan,
           “….” Dinda hanya berdiri diam dan memejamkan matanya, ‘Din ngomong sesuatu gitu, canggung sumpah’ ujar hati Aris sembari menangis,
Kemudian sesaat Dinda membuka matanya lalu berkata “Se-engganya ayo liat kota” lalu ia berjalan menuju pintu keluar hotel meninggalkan Aris yang masih tersenyum canggung, “Apa yang kamu tunggu Ris? Ayo!” Ucap Dinda saat di depan pintu keluar,
            Aris seketika merubah raut wajahnya menjadi seperti biasa dari yang tadinya diam dan tersenyum sendiri seperti orang bodoh,
                Aris dan Dinda pun pergi mengelilingi kota dimana Aria tinggal mereka berdua, pergi melihat kesana dan kesini bangungan yang lumayan tua, tidak buukkan tua lebih tepatnya antik yang masih menghiasi kota, benar-benar seperti kota seni, bangunan antic dimana-mana dan banyak coretan dinding yang menghiasi dinding yang tua dan tidak terpakai.
            “Dinda” panggil Aris sembari berjalan dan melihat langit sore,
          “Yaa?” sahut Dinda yang sedang menundukan kepalanya,
             “Kamu Lahir Di kota ini kan ya?” tanya Aris,
          Dinda hanya menganggukan kepalanya,
              “Kamu gak mau bertemu seseorang di kota ini…, gitu?”
          Dinda menjawab dengan menggelengkan kepalanya,
             “Hmmm.. orangtua mu? Kamu gak mau bertemu dengan mereka?”
          Dinda menggelengkan kepalanya lagi
             “Kenapa?”
          Dinda terhenti dari saat ia sedang berjalan saat Aris menanyakan Alasannya, kemudian Ia kembali berjalan menyusul Aris, “Terserah akulah” Ucap Dinda,
                “…..” keheningan sesaat itu terjadi setelah Dinda berkata seperti tadi,
          “Lagian.. Mereka berdua.. Meninggal” Ucap Dinda mulai bercerita,
              Aris kaget dan kemudian melihat ke arah Dinda, “Maaf” ucap Aris yang sambil memasang muka menyesal,
           “Sudahlah, jangan dipikirkan, lagi pula aku tidak tahu, muka ayah dan ibuku, mereka berdua meninggal begitu saja setelah aku lahir”
                “…..”
         “Pernah terjadi kasus teroris di kota ini, tepat saat aku lahir, ibu dan ayahku meninggal karena kejadian itu, semua dibunuh begitu saja dokter bahkan anak bayi saat itu, aku lahir dengan kondisi yang lemah, atau bisa dibilang mungkin berada diantara kematian dan hidup kali ya, aku yang sudah dikira mati oleh para teroris itu, dibiarkan saja, lalu tidak berlangsung lama para teroris itu berhasil ditangkap kemudian ayah angkatku seorang polisi menemukanku dan mengangkatku jadi anaknya, yahh.. begitulah cerita awal hidupku”
              “Hmm.. Aku baru tahu kau memiliki cerita seperti itu” ucap Aris lalu kembali melihat ke langit
          “Kau mau bertemu dengannya kan?” tanya Dinda,
              “Hmp? Dengannya? Maksudnya orangtua-mu?”
          “BUKANLAH!!” Teriak Dinda, ”Aria yang kumaksud Aria”
              “Hmm… iyasih Cuma… Aria ya… “
           “Udahlah ketemu tinggal ketemu, lagian asramanya deket sini”
      Aris kemudian menundukan kepalanya dan berfikir apa iya bisa bertmu Aria kali ini atau nanti bakal kejadian terkhir kali ia bertemu, Kemudian Aris menegakan kepalanya melihat lurus kedepan “A- Ari- Aria?” ucap Aris kaku saat ia melihat kedepan.
         “Iy- “ Sebelum Dinda menyelesaikan perkataannya Aris mempercepat jalannya lalu ia langsung berlari secepat mungkin              , “ARIS!!??” Teriak Dinda keheranan dan mulai mengejar Aris.
          “Kenapa dia mulai lari begitu?” gumam Dinda, “eh? Itu Aria?! Pantes ia lari gitu, ARIS TUNGGUU, gak kedengeran ya”
                Kemudian tubuh Aris tiba-tiba terlempar begitu saja saat sedang berlari “Eh?!” Kaget Dinda melihat kejadian itu, ia langsung terdiam ditempat dan mencoba mengerti apa yang terjadi, Lebih tepatnya Dinda terdiam saat melihat tubuh Aris yang terlempar begitu saja tertabrak mobil yang berkecepatan tinggi, orang sekitar langsung berteriak karena kejadian yang begitu cepat, dan Dinda ia tidak tau harus berbuat apa langsung berlari menghampiri Aris.
          “Aris? Aris? ARIS!!! ARIISS!!” Teriak Dinda, kejadian begitu cepat dan setelah itu Aris segera dibawa ke rumah sakit terdekat oleh orang yang menabraknya dibantu waga sekitar.
                Di perjalanan menuju rumah sakit Dinda mengabari pak Gugus kalau Aris mengalami kecelakaan, pak Gugus terdengar kageet dan segerra menuju RS dimana Aris di tangani, Dinda menjelaskan apa yang terjadi dan kemudian Pak Gugus kerepotan menghadapi semua berkas dan pengunduran diri dari perlombaan, belum lagi tanggung jawab yang ia pegang karena Aris dan Dinda seharusnya berada di pengawasannya, semuanya teradi terlalu begitu cepat.
Di rumah sakit Dinda hanya terduduk sembari melamun karena masih tidak percaya apa yang telah terjadi, terlebih lagi orang yang tadi mereka kejar bukanlah Aria.
         Dinda kemudian menelfon Aria “Halo… Aria?”
             “Iya Dinda, ada apa, tumben kamu nelfon aku jam segini?”
         “I- Itu, itu Aku, aku , Aris, jadi,” Dinda menelfon tidak jelas berkata seperti apa,
             “Tenang.. Din.. Tenang.. Ada apa?” Tanya Aria sembari menenangkan Dinda agar dapat bebicara dengan jelas,
         “Jadi, Itu, A- Aris mengalami kecelakaan”
               “E? Aris Kecelakaan? Apa Dia baik-baik ajah? Gimana keadaannya, apa yang terjadi? Kok bisa?” Tanya Aria dengan panik, terdengar juga suara panik dari balik ponselnya,
          “Bisa kamu kesini? Kami Ada di RS dekat asrama kamu sekarang, ku mohon kamu dapat kesini Aria”
               “Eh? Kamu ada di kota ini?  Tapi aku sekarang ada di rumah kakek sekarang, jadi mungkin agak lama, pokoknya tunggu disana Din”
                2 jam kemudian Aria datang bersama dengan kedua orangtuanya yang kebetulan sedang berada dirumah kakek dan nenek Aria, Dinda kemudian menjelaskan kejadian dan apa kata dokter tentang Aris.
Lalu setelah berselang 5 hari kemudian Aris sadar dari komanya ia membuka perlahan matanya dan saat terbangun Aria tepat berada di sampingnya,
        “Aris?” Aria memanggil Aris untuk memastikan, lalu Aris mulai mebuka matanya dengan lebar “Aris kau sudah sadar? Syukurlah” ucap Aria,
          Aria tersenyum lebar dan berdiri hendak memberi tahu dokter, tapi Aris tiba-tiba bertanya setelah ia bangun “Ka- ka mu Si- apa?”
         Aria langsung terdiam shock dan senyumnya perlahan menghilang, matanya mulai berkaca-kaca melihat ke arah Aris dengan senyum yang ia buat dengan sakit pada hatinya, kemudian Aria berkata “Maaf, Aku keluar dulu”
            Aris terlihat cemas lalu bertanya untuk menghentikan Aria “Kau baik-baik saja? Apa aku membuatmu sedih? Maaf” tanya Aris,
        “Bodoh, Tidak, maaf aku pergi dulu” ujar Aria mengepalkan tangannya dan keluar kamar, sebelum Aria keluar kamar ia berkata “Selamat Tinggal, Aris”
                Lalu tidak lama kemudian Aris dinyatakan kalau ia terkena Amnesia dan mungkin ingatan yang dulu tidak akan kembali lagi.
                3 Hari berlalu Aris segera dipulangkan dari rumah sakit dan akan menuju kembali ke provinsinya.
           “Kau baik-baik saja Ris?” tanya Dinda yang sedang mambantu Aris berjalan menuju mobil,
                “hmp, makasih Din” jawab Aris,
              “Itu, gimana ya Ris, Aku Minta maaf” ucap pak Gugus yang sedang berada dalam mobil,
                 “Bapak berlebihan, sudah berapa kali bapak mengatakan itu, tenang saja aku baik-baik saja kok” tanggap Aris saat ia sudah duduk dalam mobil,
                 “Namamu, Aria ya? Terimakasih ya, kudengar kamu menjagaku selama aku tidak sadar, teman masa kecilku yaa, maaf yaa, aku tidak dapat mengingatmu” ucap Aris pada Aria yang sedang berdiri di depan pintu Aris duduk.
         Aria tersenyum dan terus tersenyum sejak ia kembali bertemu Aris setelah Aris keluar dari rumah sakit, tanpa sepatah kata Aria tidak berkata apa-apa dan menyembunyikan perasaannya.
                 “Aria” panggil Aris,
         jangan panggil namaku Ris, kumohon
                “Selamat Tinggal” Ucap Aris,
            “hmp, Se- Selamat Tinggal” Jawab Aria,
         selamat tinggal Aris, aku menc-, tidak, maafkan aku Aris
                Kemudian Aris dan Dinda juga pak Gugus segera meninggalkan RS itu dan Aria terus menahan tangisnya, dan begitu berangkat Aris mengeluarkan Air matanya, walau Aris sendiri tidak tahu kenapa ia menangis, Cinta mereka menghilang begitu saja.
     selamat tinggal’.

Rendevou - Reset Part 13 (1) oleh blogger santai


Part 13 - Reset

        Hari H pemberangkatan lomba telah tiba, Aris telah bersiap menuju ke provinsi dimana Aria berada, ia sekarang sedang berada di halaman sekolah untuk bersiap menunggu mobil yang akan mengantarkannya.
     “Aris!?” Panggil pak Gugus saat Aris sedang berdiri sendirian.
   Aris menengok ke arah pak Gugus yang tadi memanggilnya, “Ya pak?” Jawab Aris menyaut panggilan dari pak Gugus.
     “Gini Ris, kamu taukan kemarin itu libur?” Tanya pak Gugus, “Nah kemarin itu juga semua guru merapatkan tentang lomba yang akan kamu ikuti hari ini” Jelas pak Gugus.
   “Iya pak terus? Kenapa pak?” Tanya Aris.
       “Kamu gak akan sendiri nanti mengikuti lomba fisikanya” Jelas pak Gugus.
   “Maksudnya?”
        “Ada peserta lain yang akan menjadi sainganmu dari sekolah ini” Ucap pak Gugus.
     “Hemm, kalo saya sendiri gak masalah pak, tapi bisa membuat materi dalam satu hari apa saingan saya itu baik-baik aja?” Tanya Aris.
           “Tenang aja Ris.. naskah materiku udah selesai ini” Ucap saingan Aris yang berada dalam mobil, Aris pun penasaran dan mengecek isi mobil yang tadi di kendarai pak Gugus, saat Aris melihat kedalam ternyata ada Dinda yang melambaikan mengangkat satu tangannya untuk menyapa Aris “Apa kabar?” Ucapnya.
      “Dinda? Gak heran kalo kamu yang buat materi selesai dalam satu hari.. jadi Dinda ya sainganku, hmmm.. lagian gak mungkin scorenya lebih besar dari materiku-kan” Remeh Aris,
                Mendengar kata-kata Aris jelas Dinda langsung merasa kesal dan akhirnya langsung menjitak Aris, “Aww.. Sakit Din!!! Kenapa aku kena pukul coba!!!” Bentak Aris yang merasa kesakitan sedangkan Dinda langsung membuang mukanya begitu saja.
         “Dah, Udah cepet masuk mobil Ris, kita berangkat sekarang” Perintah Pak Gugus.
       “Tapi pak…”
          “Udah cepetan masuk mobil Ris, kita gak maukan begitu dateng di sana langsung lomba gitu ajah”
       “Yaaa.. huh.. sengganya jalan-jalan dulu gitu?”
           “Ya! Cepet masuk Ris!” Bentak Pak Gugus, kemudian setelah Aris masuk mobil mereka pun segera berangkat menuju ke provinsi dimana lomba fisika itu dilaksanakan di tengah perjalanan, mereka mengobrol satu sama lain agar tidak bosan sekaligus agar pak Gugus tidak tertidur saat menyetir.
                Aris menanyakan pada Dinda kenapa ia mau mengikuti perlombaan ini dan kenapa ia mau susah menulis materi yang hanya diberi jangka waktu 1 hari, Dinda menjawab dengan mudahnya ia berkata “Apapun alasanku bukan urusanmu-kan?!” lalu Aris hanya dapat menjawab “A.. Maaf kalo gitu” seketika suasana menjadi hening karena ucapan Dinda dan pak Gugus daritadi melirik ke arah kaca spion untuk melihat Aris dan Dinda, lalu di keheningan itu Dinda tiba-tiba berkata pada Aris, “Aris.. Aku menyukaimu” setelah ucapan itu Aris terlihat terkejut lalu tersungkur kedepan karena pak Gugus yang tiba-tiba mengerem mendadak lalu menengok ke arah Aris “Maaf Ris, mobil depan tiba-tiba berhenti jadi gitu.. maaf” ucap pak Gugus,
         “Ahahaa.. Iya pak jangan dipikirin” jawab Aris,
         “Daripada itu, Dinda maksud kamu apa?!” Ucap Aris,
               “Apa ucapanku kurang jelas? Ku bilang aku menyukaimu! Berpacaranlah denganku” ucap Dinda,
             “Ekhem,.. masa muda tuh enak ya!!” Ucap pak Gugus dari arah depan yang sedang menyetir, Aris hanya dapat melihat pak Gugus dengan ekspresi entah harus berekspresi apa lalu Aris duduk dan melihat muka Dinda dengan serius.
          “Aku tidak bisa berpacaran denganmu!” ucap Aris,
                “Kenapa?” tanya Dinda,
          “Dari raut mukamu, ucapanmu sebelumnya itu bohong, tidak mungkin aku menerima kebohongan bukan?” jawab Aris dengan pertanyaan lagi, dan sedangkan pak Gugus hanya dapat menyetir sembari mendengarkan apa yang Aris dan Dinda ucapkan.
                 “Jaa.. kalo begitu? Bagaimana dengan Aliya?” Tanya Dinda balik,
           “Kenapa Aliya?”
                 “Dia mengucapkan cinta padamu dengan tulus, kau juga menyukainya, kenapa dia tidak jadi pacarmu? Itu karena Aria kan?! Kenapa kau selalu memilih Aria?! Padahal kau menyukai orang lain dan banyak orang menyukaimu apalagi karena kau tampan dan pintar!! Terus kenapa kau terus memilih Aria dan menyakiti orang-orang yang ada di sampingmu dan mencintai orang yang meninggalkanmu!!!” Dinda mengucapkan itu dengan menahan emosi bencinya yang meluap pada Aris,
           “Karena aku mencintai Aria” ucap Aris dengan mudahnya.
                   Dinda hanya dapat diam dan ia pun meledakan emosinya pada Aris dengan berkata “Makanya!! Apa yang kau suka dari orang yang telah meninggalkanmu tanpa mengucapkan satu kata pun!! Dasar BODOH!!” ucap Dinda dengan keras tanpa melihat ke arah Aris dengan tangannya yang mengepal menahan emosi.
           Aris menjawab pada Dinda “Entahlah” Dinda yang sedang duduk mengepalkan tangannya dengan sangat keras, itu langsung menengok pada Aris dan berkata “Jangan bercanda kau Aris!!” Dengan ekspresi yang menyeramkan ke arah Aris, Aris yang melihat raut muka Dinda pun menundukan kepalanya lalu bergumam “A.. ku . . jug.. juga ti. .d ak t.. .ahu”
                 “Haaa??!”
            “AKU JUGA TIDAK TAHU DIN!! YANG AKU TAHU AKU HANYA INGIN BERSAMANYA DAN INGIN MENGHABISKAN WAKTU BERSAMANYA, TAPI DISISI LAIN AKU JUGA TAU KALAU DIA INGIN MERAIH MIMPINYA KALAU BEGITU SIAPA YANG SALAAAHHH!!!” Teriak Aris karena luapan emosi dan perdebatan dengan Dinda yang terus menekannya,
Dinda pun berteriak membalas kata-kata Aris seperti ini “ENTAAAHH,.. MEMANGNYA AKU PEDULI!! YANG JELAS AKU BENAR-BENAR MEMBE---“
                “EKHM.. KITA SUDAH SAMPAI KALIAN BERDUA TENANGLAH” Sela pak Gugus saat Aris dan Dinda sedang berdebat, Aris dan Dinda pun melihat ke arah pak Gugus lalu kembali duduk terdiam walau tidak nyaman akan satu sama lain.
                “Aris..” Panggil pak Gugus, lalu Aris pun menengok ke pak Gugus,
                “Bapak, mengerti perasaanmu, tapi berteriak marah pada seorang wanita, itu tidak di anjurkan untuk laki-laki!! Mengerti!” ucap pak Gugus, mendengar nasihat pak Gugus hanya menjawab iya maaf pak, dengan suara kecil.
                 “Lalu Dinda..” Dinda pun melihat ke pak Gugus,
                 “Bapak tahu kau banyak memikirkan sesuatu, tapi mulai sekarang lebih baik kau membagi pikiran itu, sebelum pikiran itu meluap seperti tadi, bahkan kau hampir melewati batas tadi!!” Dinda langsung menundukan kepalanya setelah mendengar ucapan pak Gugus.
                  “Yaappp.. Lupakan dulu yang lalu kita jalani yang ada sekarang, ayo kita turun dan membereskan perlengkapan kita di hotel kita menginap, kalian berdua turunlah.. jangan cemberut terus” Begitulah cara Pak Gugus menasihati dan memberikan semangat pada didikan-didikannya.
                Aris dan Dinda pun pergi menuju ke kamar mereka masing-masing, mereka berdua tidak berbicara satu sama lain setelah kejadian itu, lalu keesokan harinya atau 2 hari sebelum perlombaan dimulai Pak Gugus memanggil mereka berdua di lobby hotel,
                  “Jadi kalian berdua sudah siap?” tanya pak Gugus,
            “Saya sudah siap sejak kemarin pak” jawab Aris, sedangkan Dinda hanya melihat ke arah Pak Gugus dan menganggukan kepalanya,
                  “Benarkah? Kalau begitu bagus ayo kita mulai jalan-jalan keliling kota yang indah ini” ujar pak Gugus,
            “HAH!?” Kata Aris dan Dinda serentak bersamaan setelah mendengar ucapan pak Gugus tadi, “Jalan-jalan pak? Saya gak salah denger pak?” tanya Aris,
                   “Iyap.. kenapa? Kuping kamu sedang bermasalah?”
             “Enggak.. Cuma jalan-jalan? Di waktu sebelum lomba?” tanya Aris dengan muka kebingungan,
                  “Iyalah Refreshing dulu, biar pikiran kalian tenang saat nanti tampil” jawab pak Gugus, “Kalau gitu bapak duluan ya, kalian jalan-jalan berdua ajah terserah mau balik lagi ke kamar juga” Kata pak Gugus tepat sebelum ia meninggalkan Aris dan Dinda di lobby hotel,
                “……” keheningan di antara mereka berdua tepat setelah pak Gugus pergi tadi, ‘Canggung’ Ucap Aris dalam hatinya,

Selasa, 05 Desember 2017

Rendevou - Kenangan Baru Part 12 oleh blogger santai

Part 12 – Kenangan Baru

                Keesokan harinya sekolah diliburkan karena ada rapat selruh guru di sekolah, Aris yang sedang menikmati liburnya tetap belajar di kamarnya dan menulis materi untuk lombanya nanti, Lalu Aliya memasuki kamar Aris dan memanggil Aris “Kak?” panggil Aliya,
   “hmp?”ucap Aris yang masih konsen pada tulisannya,
     “masih sibuk?”tanya Aliya sembari menghampiri Aris dan melihat pekerjaan Aris,
   “ahh… hmm.. bentar lagi, yaa.. tunggu dulu..”jawab Aris yang tetap saja konsen pada tulisannya dan mengabaikan Aliya,
      Aliya yang berada disamping Aris hanya bisa tersenyum melihat kerja keras Aris, lalu Aliya berkata, “kalo begitu Aliya tunggu di kamar ya kak” lalu Aliya meninggalkan kamar Aris “Semangat yaa”bisik Aliya saat ia meninggalkan kamar Aris,
     Aris menganggukan kepalanya seolah ia mendengar apa yang Aliya ucapkan saat sedang keluar kamar.
                Sekitar 1 jam kemudian Aris pun merasa capek menulis materinya ia pun keluar kamar dan turun ke ruang makan dan mengambil minum dari kulkas, ia pun duduk dan perlahan meminum air yang ada ditangannya itu dengan menikmati setiap tegukannya, seakan ia sudah lama tidak meminum air, “haaa.. jam berapa sekarang?”tanya Aris pada dirinya sendiri sembari melihat jam, “eh? Masih jam 8 pagi?” kaget Aris saat melihat jam dinding diruang makan, “waktu serasa lama pisan ya”ucap Aris sembari berjalan kembali ke lantai 2 dan menuju kamar Aliya,
    “Aliya?”ucap Aris sembari membuka pintu kamar Aliya secara perlahan, Di sana ia melihat Aliya yang sedang tertidur di meja belajarnya,
    Aris pun memasuki kamar Aliya dan tersenyum melihat Aliya yang tertidur dengan manisnya di meja belajar, lalu Aris mengambil selimut yang ada di kasur Aliya, sembari ia menyelimuti Aliya Aris berkata “nunggunya lama yaa, maaf ya, ahaha”ucap Aris dan tertawa kecil,
                Lalu Aris dengan tenangnya memandangi wajah Aliya yang sedang tertidur secara dekat, “kamu benar-benar cantik ya Aliya, hihihi”ucap Aris di depan wajah Aliya yang tertidur, setelah itu Aris pun keluar kamar Aliya dengan hati-hati agar tidak membangunkan Aliya, saat Aris keluar bel rumah pun berbunyi, Aris bergegas membuka pintu rumah, “Setaann.. dan Adiknya” ucap Aris saat membuka pintu rumah, “Hai Put” ucap Lusi sambal melambaikan tangannya,
     “Masuk Tan, masuk”ajak Aris pada Lusi dan Fani,
   “ahh.. gak usah Put, aku cuman mau ngasih ini, bingkisan dari ayahku, ahaha”ucap Lusi dan menyerhakan bingkisan yang dibungkus dalam kotak kado pada Aris,
     “hee.. ayah kamu dateng ke rumah?”tanya Aris,
   “iyaaps,.. ahaha, dah yaa.. aku mau ke rumah Dinda dulu ngasih bingkisan lainnya, dah Ris, Sampai nanti, semangat buat materinya Ris”ucap Lusi sembari meninggalkan rumah Aris dan melambaikan tangannya,
      Aris pun ikut melambaikan tangannya dan tersenyum kaku “jadi Fani ngapain tadi ikut, ahaha”kata Aris,
        “hmmm.. Ada yang dateng kak?”ucap Aliya yang turun dari lantai 2 dengan wajah bangun tidurnya dan sambal mengusp matanya,
     “ah.. dah bangun Aliya?”tanya Aris untuk memastikan Aliya tidak tidur sambal berjalan,
         “ahehe,..”senyum Aliya sembari menggaruk-garuk rambutnya,
     “Tadi ada Lusi sama Fani, terus dah pulang mereka, kamu mandi dulu gih, temenin kakak keluar”ucap Aris yang menaruh bingkisan dari Lusi di meja tamu, lalu mengacak-acak rambut Aliya yang baru bangun,
       Aliya hanya mengangguk dan berjalan menuju kamar mandi dengan mata tertutup, atau lebih tepatnya ia masih mengantuk, sedangkan Aris menunggu Aliya di ruang keluarga sambal menonton televisi.
      “cewek tuh mandinya beneran lama ya kalau pergi?” kata Aris sembari tertawa kaku sembari menunggu Aliya yang sedang mandi.
                Setelah Aliya yang telah selesai mandi Aris dan Aliya, mereka pun berangkat menuju mall dimana Aris dan Lusi biasanya jalan-jalan, di perjalanan mereka berangkat atau lebih tepatnya di komplek rumah Aris benar-benar terasa sepi, walau masih pagi,
     “tapi padahal masih pagi, jalanan sepi juga yaa”ucap Aris,
          “hihi mereka tau kita mau pergi kali kak”canda Aliya,
      “ya terus? Apa hubungannya coba”ucap Aris sembari mendorong kepala Aliya dengan jarinya,
           “yaa, biar kita bisa cuman berdua gitu, hihihi”ucap Aliya,
      Aris hanya diam dan membuang mukanya pada Aliya karena tersipu malu,
                Sesampainya di mall suasana ramai benar-benar terasa di sana, sampai orang-orang benar-benar tidak peduli akan satu sama lainnya,
         “tapi kak, kok tumben kita pergi keluar? Ada apa emangnya?”tanya Aliya yang mengikuti Aris dari belakang,
     Lalu Aris menengok kebelakang dan berkata ke Aliya“gak ada apa-apa, cuman mau ganti suasana ajah, hihi, itu loh kan udah beberapa hari ini kakak, ngerem terus di kamar, sesekali keluar mah gak apa-apakan”.
         Aliya tersenyum lebar dari belakang mendengar jawaban Aris, lalu ia pun kembali menyatakan cintanya “kakak, aku mencitaimu!”ucap Aliya dengan penuh semangat dan memeluk Aris dari belakang,
     “iya iya, aku tahu,hihi”jawab Aris,
         “Aku mencintaimu!”ucap Aliya sekali lagi pada Aris,
      “iyaa Aliya aku tahu”jawab Aris lagi sembari mengelus rambut Aliya yang sedang memeluknya,
         “Aku mencintaimu, aku mencintaimu, aku mencintaimu! hihihi”ucap Aliya yang terus menerus mengatakan itu dengan semangatnya, seperti perasaan gembira yang tertahankan ia pun menggosokan pipinya pada papi Aris yang sedang ia peluk dari belakang,
       “iya Aliya, aku tau”jawaban Aris yang sembari masih mengacak-acak rambut Aliya,
          “kak ulurkan tanganmu”bisik Aliya pada Aris dengan suara yang halus,
        Aris pun membalikan badannya yang tadi sedang berjalan dan di peluk oleh Aliya yang telah melepaskan pelukannya, lalu ia mengulurkan tangan kanannya, “seperti ini?” tanya Aris yang sembari mengulurkan tangannya.
           Aliya pun memegang tangan kanan Aris dengan tangan kirinya sembari melihat ketangan Aris, “aku masih menyukainya ya, tangan kakak yang besar, hihihi”ucap Aliya yang sedang memegang tangan Aris sambil tersenyum bahagia,
                Lalu tiba-tiba Aliya menarik tangan Aris yang sedang ia genggam dengan cepat, Aris yang kaget langsung tertarik kearah Aliya dan hampir terjatuh menimpa Aliya, Aris pun menahan dan berlutut dan menahan tumpuan pada satu kaki agar ia tidak jatuh dan Aris dapat terhenti sebelum ia menimpa Aliya, “Aliya kau tidak apa-apa?”tanya Aris pada Aliya dengan posisi berlutut dengan satu kaki, lalu disaat bersamaan itu Aliya pun mencium pipi Aris,
           “Aku mencintaimu!”bisik Aliya di telinga Aris setelah ia mencium pipi Aris,
        Aris pun terkejut dengan apa yang telah dilakukan Aliya, ia bahkan tidak dapat berkata apa-apa hanya dapat bangun dan memegangi pipinya semari melihat Aliya yang sedang tersenyum dengan lembut didepannya,
       “APA YANG KA-!” Aliya memberhentikan ucapan Aris yang hamper saja berteriak di tengah keramaian,
       Aris pun hanya dapat mengambil nafas, lalu Aliya menarik tangan Aris dan mengajaknya berkeliling dan makan siang di mall tersebut, “Aliya, kamu tuh, ahhh..”ucap Aris saat ia sedang makan berdua dengan Aliya di sebuah cafĂ©,
            Aliya hanya tersenyum dengan manis menanggapi perkataan Aris, “ada apa emangnya?” ucap Aliya yang seakan tidak terjadi apa-apa,
       “Yaa.. bukannya ada apa! Yang ada kenapa kamu menciumku ditengah keramaian?!” tanya Aris dengan sedikit perasaan malu dan emosi,
            “gak apa-apakan? Lagian gak ada yang merhatiin juga, mereka sibuk satu sama lain ko, wleee”jawab Aliya dengan polosnya,
        Aris yang sekaan tidak tau harus berbuat apa berkata ”yaa, walau gitu kenapa juga harus menciumku” ucap Aris dengan putus asanya,
           “hihihi”Aliya yang tersenyum penuh gembira, tiba-tiba mebuang mukanya dan membuat muka sedih dan bergumam ”gak apa-apa, lagian salah kakak, juga gak pernah menanggapiku dengan serius”.
        Aris melihat Aliya yang sedang terlihat sedih itu pun mengambil nafas, tersenyum lalu berkata, “yah.. biarinlah”,
           “hah!?”Aliya langsung menengok kearah Aris dengan ekspresi kagetnya mendengar Aris membiarkan kejadian itu,
        “cuman lagian cuman di pipi ini, cepet habisin makan siangnya lalu pulang” senyum Aris pada Aliya,
            Aliya pun menganggukan kepalanya dengan penuh gembiranya,
                Di perjalanan pulang Aliya berkata pada Aris “kak, semangat yaa, lombanya” sembari tersenyum lebar pada Aris,

          Aris pun menganggukan kepalanya “hmp!”ucap Aris meng-iya-kan perkataan Aliya.

Senin, 27 November 2017

Rendevou - For You Part 11 oleh blogger santai

Part 11 – For You

                Beberapa hari setelah kembalinya Aris dan yang lainnya ke sekolah, dan Aris yang telah menerima surat dan hadiah foto dari Aria, Hari-hari berjalan seperti biasanya tidak ada yang berubah, hanya saja sekarang Aris dan Aliya tinggal Bersama dan lebih sering berangkat bersama, awlanya Lusi sangat kaget mendengar kalau Aliya akan tinggal dirumah Aris bahkan ia sampai menawarkan rumahnya untuk ditinggali Aliya, tetapi amanat ya amanat jadi Aliya tetap tinggal dirumah Aris.
                Di sekolah Aris dan Lusi masih sering makan siang bersama saat istirahat, dengan Dinda tentunya, sedangkan Aliya lebih sering berada dikelas dan bermain bersama temannya sendiri.
Saat Aris sedang berada ditaman bersama yang lainnya Aliya memanggil seketika,
       “kak!”panggil Aliya dari kejauhan,
     “hmp? Ada Apa Aliya?”tanya Aris,
       “tadi pak Gugus nyariin kakak!”ujar Aliya,
     “oh? Hmp.. nanti kakak kesana makasih ya!”balas Aris,
  “makin deket aja..”ucap Lusi,
     “emang kenapa Setan? Biarin ajah kali”
           “udah.. dipanggil sama guru kan? Cepet pergi sana”ucap Dinda,
                Kemudian Aris pun pergi menuju kantor guru untuk menemui pak Gugus, tapi saat Aris memasuki ruang guru, pak Gugus tidak ada di tempatnya, lalu Aris pun pergi mmenuju ke kelas Aliya untuk bertanya dimana pak Gugus, Saat memanggil Aliya atau lebih tepatnya masuk ruangan kelas satu, suasana di kelas begitu berat dan semua murid yang ada di kelas melihat Aris seketika, lalu Aliya pun mengajak Aris keluar secepat mungkin untuk mencairkan suasana,
   “kak, ngapain ke kelas Aliya?”tanya Aliya,
      “kakak, cuman mau tanya, tau pak Gugus gak? Tadi pas kakak ke kantor pak Gugus gak ada soalnya“ucap Aris,
   “itu pak Gugus dibelakang kakak”ucap Aliya sembari menunjuk belakang Aris,
       Aris yang menengok kebelakang seketika berkata “hai pak, ahaha”
         Pak Gugus hanya tersenyum dan berubah wajahnya menjadi mengerikan seketika itu juga, “Ris ikut bapak ke kantor”ucap pak Gugus,
       “siap pak”ucap Aris lesu sembari meminta belas kasihan ke Aliya,
   Aliya yang melihat itu  hanya terkekeh-kekeh sembari melambaikan tangannya,
                Aris dan pak Gugus pun pergi ke kantor dan pak Gugus pun mulai berbicara kalau Aris kembali terpilih untuk mengikuti lomba jurnal Sains di provinsi yang sama seperti tahun kemarin, seketika itu juga Aris menerima tawaran itu, dan terlihat senang sekali karena itu lalu pak Gugus pun menyela kebahagiaan itu sembari berata “kali ini pastikan kau bertemu dengan teman masa kecilmu”,
   “ahaha”tawa Aris karena bingung menanggapi perkataan pak Gugus,
      “lomba akan di laksanakan dua minggu dari sekarang, pastikan kau nanti memiliki materi bagus untuk kita menangkan lagi, agar piala itu bisa kita pertahankan”ujar pak Gugus,
   “siap pak!”jawab Aris dengan semangat,
                Setelah itu Aris pergi meninggalkan ruang guru dan kembali menuju kelas, saat pulang sekolah Aris, Lusi dan Aliya pulang bersama, lalu mereka pun sampai dirumah mereka masing-masing, di rumah Aris segera membuka buku-buku materi Sains lamanya dan segera mereview segala hal yang menurutnya kurang dan dapat dijadikan bahan untuk materinya, sedangkan Aliya, ia mulai terbiasa tinggal di rumah Aris dan ia sering masak dan membersihkan rumah baginya itu seperti balas budi untuk tinggal dirumah itu, saat makan malam ayah Aris belum pulang dan Aris hanya makan malam dengan Aliya, di meja makan Aris berkata,
   “Aliya,..”panggil Aris,
      “hmp?”saut Aliya,
   “boleh aku cerita sesuatu?”tanya Aris,
      “hmp, boleh kok.. cerita tentang pak Guguskan?”
   “ahaha.. emangnya aku ada hubungan khusus sama pak Gugus”
       “eh? Bukannya emang gitu kan ya”canda Aliya,
   “bukan Al.. bukan tentang pak Gugus, tapi tentang pertunangan kita”ucap Aris,
        Udara di meja makan menjadi beku seketika, Aliya yang tadinya sedang menyendok makanan terhenti seketika juga lalu berkata, “hmp.. memangnya kenapa” ucap Aliya dan menaruh alat-alat makannya di meja,
    “kau bilang, kau akan mengurusnya, tapi sampai saat ini aku masih berfikir, bagaimana kau akan mengurus itu?”ucap Aris penuh dengan pertanyaan,
       “memangnya kakak, tidak percaya padaku?”ucap Aliya dan menatap Aris,
    “tidak, bukan begitu, aku percaya padamu, hanya saja…”
       “hanya saja?”
    “aku takut kau melakukan sesuatu yang tidak-tidak”ucap Aris cemas dan kembali menatap mata Aliya,
        Aliya sedikit tersentak seperti ia ketahuan apa yang akan ia lakukan nanti lalu Aliya bertanya “tidak-tidak seperti apa?”tanya Aliya,
     “seperti bunuh diri, atau bunuh diri, atau loncat dari gedung untuk bunuh diri gitu”ucap Aris,
        “pfftt.. ahahaha”Aliya tertawa seketika ia tertawa dengan kerasnya, lalu berkata “ahaha.. kakak aku gak bakal bunuh diri kak,.. tenang ajah Aliya gak bakal bunuh diri kok, ahaha, kakak kecapean kali abis makan langusng istirahat ajah biar Aliya yang beresin semuanya.. ahahaha..”
     Aris terlihat sedikit malu lalu berkata “hmp..” dan melanjutkan makannya, setelah makan Aris langsung menuju kamar dan istirahat sseperti kata Aliya,
         Aliya yang sedang mencuci bekas makan malam pun termenung sebentar dan berbisik pada dirinya sendiri “bunuh diri yaa.. bukan pilihan yang buruk”.
                Keesokan harinya, “hari sabtu dimana sekolah libur hingga nanti senin”ucap Aris teriak dikamarnya saat ia membuka jendela,
        “kak, jangan teriak-teriak masih pagi!”ujar Aliya,
   “Aris bantu Aliya buat sarapan turun cepat”kata Ayah Aris,
      “iyaa yah!”ucap Aris lemas sembari menuruni tangga,
                Aris pun membantu Aliya menyiapkan makanan,
   “fiu, fiu.. anak Ayah lagi mesra sama menantu ayah”canda Ayah Aris,
      Aris tiba-tiba menengok dan menatap tajam ayahnya, sedangkan Aliya hanya tertawa kecil sendiri.
     “oh… Iya yah minggu depan Aris ma uke provinsi lain”ucap Aris,
                Aliya dan Ayah Aris seketika menengok kearah Aris dan memandangi Aris dengan diam, Aris yang melihat mereka terdiam hanya dapat berkata “ada apa?!”.
   “enggak cuma, ada apa tiba-tiba?”tanya Ayah Aris, lalu Aliya melanjutkan memotong sayuran,
     “yaa.. aku-”Aris terhenti seketika saat akan berkata karena ayahnya yang lebih dulu menyela dan berkata “ohh.. ingin bertemu Aria? Tidak aku izinkan Ris”
      Aris merubah raut wajahnya menjadi sinis dan berkata “apaan itu? Itu alasan kedua”
  “Alasan pertamanya?”tanya Aliya yang tiba-tiba ikut campur,
     Aris menengok ke Arah Aliya seketika lalu berkata ”aku akan ikut lomba Sains disana”,
       “whooo..”ucap Ayah Aris sembari tepuk tangan,
       “kalau emang gitu ya udah ayah izinkan, tapi jangan lama-lama kami menunggu kamu disini”ucap Ayah Aris yang tiba-tiba menjadi Melankolis,
     “hmp.. iya yaahh..”jawab Aris,
                Kemudian keesokan harinya di Aris pergi ke taman kota untuk menenangkan diri dan mencari inspirasi untuk materi lombanya nanti, disana ia bertemu dengan Lusi yang sedang bermain dengan anak kecil.
    “yo Lusi..”panggil Aris,
  “hmp? Ah.. Siput”ucap Lusi dengan cuek saat ia melihat Aris,
    “hehehe.. apaan coba Setan.. ngga seneng apa gitu ketemu anak ganteng gini”jawab Aris,
  “ha..ha..ha.. ganteng? Siput ganteng? Jangan bercanda”ucap Lusi dengan remehnya,
    “hmph… berisik ah”ambek Aris,
  “jadi ada apa?”tanya Lusi,
    “ngga apa-apa.. cuman.. cari angin ajah.. ahaha, kamu sendiri ngapain disini?”
  “hmp? Hmmm.. aku lagi jalan-jalan ajah, menghindari ketemu siput, tapi malah tetep ketemu siput.. siput tuh ada dimana-mana yaa”ledek Lusi,
     “ya.. ini juga, lagi jalan-jalan malah ada setan yang lagi goda anak kecil”ledek Aris balik,
   “hmp!”Lusi langsung menonjok perut Aris,
     “Awww… Apaan sih tiba-tiba?!”tanya Aris,
   Lusi hanya membuang mukanya, lalu ia berkata “Aris?”
     “hmp? Tumben manggil nama”ledek Aris,
   “berisik, oh iya.. kalau gak salah kemarin kamu dicariin sama Dinda”ucap Lusi,
     “benarkah? Apa sekarang aku temui dia saja ya”
   “kayanya jangan deh”
      “kenapa?”
   “aku gak ada temen buat belanja hari ini.. ahaha..”
      “terus? Hubungannya denganku?”tanya Aris,
   Dengan memelas Lusi berkata, “Temenin aku yaa”
     “hmm.. bolehlah, aku juga ada yang mau diomongin soalnya”ucap Aris,
                Mereka berdua pun menghabiskan hari bersama dengan berbelanja dan jalan-jalan setelah selesai berbelanja Aris dan Lusi kembali ketaman dan duduk berdua disana sembari meminum minuman yang sebelumnya mereka beli.
     “Lusi”panggil Aris disaat mereka berdua terdiam satu sama lain,
   “hmp?”Lusi menengok dan melihat Aris,
     “kau tau.. aku.. aku”ucap Aris gelisah,
   “hmmmpp? ”Lusi yang bertanya-tanya ’mungkinkah ini pernyataan cinta?’,
     “Minggu depan, aku akan pergi ke Aria”ucap Aris,
   ‘yakan.. mana mungkin Aris menyatakan cintanya.. ahaha.. bodohnya, aku’ Pikir Lusi dalam hatinya, “hmm.. benarkah? Tapi kenapa tiba-tiba? Biasanya Ayahmu tidak mengizinkannyakan?”tanya Lusi,
     “kau masih ingat perlombaan sains yang aku ikuti tahun kemarin? Aku kembali mengikutinya dan mungkin kali ini aku dapat bertemu dengannya”ucap Aris dengan mata yang penuh harapannya,
    Lusi tersenyum dan berkata ”kalau begitu syukurlah, ahaha.. kau tau Aris saat aku bertemu dengannya liburan kemarin mungkin aku tau kenapa kamu begitu menyukai Aria, setahun aku berada satu Smp dengannya aku tidak tahu apa-apa tentang dia, tapi saat aku bertemu dengannya dan berbicara langsung, ia benar-benar orang yang luar biasa ya”Ucap Lusi tentang Aria, lalu Lusi bergumam’terutama percayanya pada dirimu, kalau kamu akan mencintainya, aku iri padanya’,
    “Pokoknya, selamat yaa.. aku doakan yang terbaik”ucap Lusi,
       Mendengar kata-kata Lusi Aris tersenyum lalu dengan semangat ia berkata “hmp” mengiyakannya,
                Mereka Berdua pun pergi pulang setelah pembicaraan itu, saat keesokan harinya di pagi hari Aris bertemu dengan Dinda di koridor, Aris pun menyapa terlebih dahulu pada Dinda “yo.. Dinda”
“yo”ucap Dinda membalas sapaan Aris,
    “Aris.. pulang sekolah nanti boleh aku berbicara denganmu di taman sekolah?”tanya Dinda,
  “hmp! Tentu saja.. tapi kenapa gak sekarang aja?”tanya Aris,
    “mungkin pembicaraannya bakal panjang jadi kayanya gak bakal sempet kalo ngomong disini”ucap Dinda,
  Kemudian hari berlalu, setelah selesai pelajaran Aris langsung bertanya pada Dinda, “Jadi? Apa yang mau kamu bicarain Din?”
    “hmm.. ahh. Nanti ajah, kamu tunggu di sini dulu aku ada urusan bentar Ris, tunggu bentar yaaa..”Ucap Dinda,
  “heee… nunggunya lama kagak?”tanya Aris,
    “udah tunggu dulu ajah, dah ya”ucap Dinda Sembari meninggalkan ruangan,
  “tunggu disini yaa, haaahh..”keluh Aris,
                Disaat sedang menunggu Dinda, lalu ia mengelilingi bangku-bangku di kelas dan di kolong meja Dinda ada ponsel Aris pikir mungkin itu ponsel Dinda yang ketinggalan, saat ia memegang ponsel itu, saat itu pula ponsel Dinda berdering “Telfon?.. nomernya? Nomer rumah ya, jawab ga?”ucap Aris sembari bertanya pada dirinya, lalu Aris pun menjawab panggilan telfon itu “halo?”ucap Aris, tanpa Aris sadar Dinda hendak masuk kelas, saat Dinda melihat Aris mengangkat telfon ponselnya ia langsung bersembunyi dibalik pintu luar kelas.
     “halo.. Dinda, kamu gimana sih? kado kamu ketinggalan dirumahku tau, jadi gimana? Buatku ajah?”suara seorang gadis terdengar saat Aris, mengangkat telfon itu.
  “etto.. maaf ini, bukan Dinda? Dindanya lagi pergi.. Siapa ya?”tanya Aris di telfon Dinda,
      “eh? Ah.. maaf, aku kira Dinda, ini Aria.. Apa Dindanya ada?”
   Mendengar nama Aria, Aris terkejut dan tersenyum, “Dindanya sedang pergi, apa ada yang bisa saya sampaikan?”ucap Aris,
      “Oh, iyaa.. kado dariku, untuk Dinda masih ada dirumahku, tolong sampaikan itu ya, terimakasih”ucap Aria hendak menutup telfon,
   “tunggu!!”ucap Aris mencegah Aria menutup telfon,
      “ya? Ada apa?”tanya Aria,
   “Aria”ucap Aris pelan,
      “ya?”saut Aria,
   “terimakasih yaa”ucap Aris,
      “untuk apa ya?”tanya Aria,
   “untuk surat.. dan kado untukku”ucap Aris,
      “surat? Kado? Maksud kamu?”tanya Aria heran,
   “ngga, pokoknya terimakasih, aku akan segera kesana”ucap Aris,
      “maaf! Saya tidak mengerti apa yang kamu bicarakan”ucap Aria,
   “aku akan selalu menjagamu”ucap Aris dengan lembut,
        Seketika suara Aria terdiam di ponselnya hening sementara lalu, Aria menjawab ”begitu ya, jadi ini kamu”
    “hmp”ucap Aris sembari menganggukan kepalanya,
       “aku, juga akan melindungimu”ucap Aria,
     “hihi, tunggu aku ya.. aku janji akan segera kesana”ucap Aris,
        “hmp, aku akan menunggumu”jawab Aria,
     “sampai nanti Aria”
        “sampai nanti Aris”
                Aris pun menutup ponselnya Dinda lalu ia sedikit tersenyum dan tertawa lepas, saat ia sedang tertawa Dinda memasuki ruangan dan berkata “ngapain ketawa-ketawa? Kesurupan?”
   Aris menengok kearah Dinda dan menjawab “ah.. enggak.. jadi mau bicara apa?”
     “lupakan”ucap Dinda terlihat sedih,
   Aris pun mengikuti ucapan Dinda untuk melupakannya lalu ia melihat tangan Dinda yang sedikit memar dan ia bertanya “Din.. tangan kamu?”
     “oh? Ini? Enggak apa-apa, pulang yuk..”ajak Dinda mengalihkan pembicaraan,
                Aris sadar saat Dinda mengalihkan pembicaraan, ‘tapi jika Dinda memang tidak mau membahasnya itu bukan jadi masalah Aris lagi’ pikir Aris, Lalu mereka berdua pun kembali pulang kerumah mereka masing-masing, sesampainya dirumah Aris melihat foto Aria dikamarnya lalu berbisik seolah berbicara pada Aria “tunggu aku Aria”.